filosofi tai

Filosofi Tai
Ini Tai
Tai Memang Barang Remeh
Tapi Tai Tidak Bisa Dianggap Sepele
Tai Memang Tanpa Harga Diri
Tapi Tidak Ada Yang Berani Menginjak-injak Tai

...

Tai Mengajarkan Kita Ke Ikhlasan Yang Hakiki
Ketika Tai Diminta Pergi
Tai Tak Berharap Untuk Kembali

Tai Sering Dianggap Sebagai Barang Yang Menjijikan
Padahal Sebenarnya Memang IYA

Tapi Ingat Mencintai Belum Lengkap Jika Tanpa Tai
Karna....
Ada Tai Dalam Kata MencinTai

FILOSOFI TAI

Fakta: Tai harus kita keluarkan. Kalau berada dalam tubuh kita dalam waktu yang lama, maka akan jadi racun.
Filosofi: Tahukah sebenarnya tai mirip dengan harta atau uang yang kita miliki. Harta juga harus dikeluarkan (sebagian) untuk orang lain. Karena ada hak orang lain di setiap harta kita. Kalau tidak dikeluarkan, maka kebahagiaan tidak akan bisa kita raih.

Fakta: Tai itu menjijikkan. Tapi kita semua menyimpannya setiap hari.
Filosofi: Sesuci apapun kita, sekhusuk apapun kita di hadapan Tuhan, tapi kita gak berhak menjudge atau menganggap orang lain lebih buruk dari kita. Karena kita dan mereka itu sama. Sama-sama menggombol tai setiap harinya.

Fakta: Tidak ada yg suka dengan tai. Padahal kalau kita perhatikan, warna tai itu kuning kayak emas.
Filosofi: Emas ibarat kekayaan. Kekayaan seseorang itu tidak akan menjamin kebahagiaan kalau hanya disimpan saja. Sama kayak tai, kekayaan harus dibagi, dikeluarkan, diberikan kepada yg berhak menerima.

Fakta: Kita tidak bisa mengeluarkan tai dalam satu ngeden saja. Harus pelan-pelan dan bertahap.
Filosofi: Dalam hidup, kita juga memerlukan tahap-tahap menuju kesuksesan. Tidak ada cara instant. Semua butuh pelan-pelan. Dan sabar.

Fakta: Ketika kebelet, tubuh kita akan tersiksa, otak tidak tenang, bahkan kadang sampe keringetan. Kita akan berusaha keras mencari wese. Setelah ngising selesai, kita senang, kita lega.
Filosofi: Hidup pun begitu. Ungkapan “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” memang banyak benarnya. Kita gak boleh manja untuk meraih kebahagian hidup. Harus berjuang memeras keringat. Sampe tujuan tercapai. Dan kita akan senang dan tenang.

Fakta: Kita tidak bisa ngising kalau sambil banyak bicara.
Filosofi: Take action! Jangan cuma omong doang!

Fakta: Kalau sudah kebelet, kita gak akan takut oleh apapun! Dan tujuan kita jelas: WESE!
Filosofi: Jangan takut melangkah demi tujuan hidup yang jelas!

Fakta: Tai itu bisa bermanfaat jadi pupuk kompos yg bagus buat tumbuhan.
Filosofi: Seburuk apapun suatu kejadian, pasti ada manfaatnya yg bisa kita petik.

Fakta: Ketika ngising, kita gak akan mau keluar wese sebelum semuanya tuntas!
Filosofi: Selesaikan apapun yang sudah kamu mulai!

Fakta: Kita gak mungkin akan minta tai orang lain. Kita juga gak mungkin membantu mengeluarkan tai orang lain.
Filosofi: HIDUP MANDIRI BRO! DO IT YOURSELF!

Fakta: Tai itu warnanya kuning. Kenapa gak merah, atau biru saja?
Filosofi: Kuning itu warna yang menggambarkan kehangatan, semangat, passion. Warna kuning pada tai mengingatkan kita untuk selalu mengawali hari dengan SEMANGAT!!!

Fakta: Tai awalnya berada di tubuh kita, lalu kita keluarkan. Anehnya, kita tidak pernah mengharapkan tai itu kembali.
Filosofi: Ngising mengajarkan kita tentang KEIHLASAN yang hakiki!

Tahi, orang sering menulisnya tai. Menjadi bahasa makian sehari hari, bila sedang kesal, “Ta..** sensor”. Padahal apa salah tahi, sehingga dia dijadikan bahan ejekan, bahkan umpatan yang bermakna kasar dan menghina?

Tahi juga sering dijadikan ungkapan, seperti “Hangat hangat tahi ayam” atau “Bila cinta sedang melekat, Tahi ayam rasa coklat “.Aku heran mengapa ada ungkapan seperti itu , padahal tahi dari ayam tidak disebut tahi ayam tapi tahi kotok, dan apa ia orang pernah makan tahi ayam saat sedang jatuh cinta,sehingga dia tahu rasa  eenya ayam itu seenak rasa coklat ?

Bicara tentang filosofi tahi, tahukah kamu bahwa tahi memiliki sebuah filosofi yang sangat mendalam. Tentu saja ini tak ada dibuku ajaran filosofi manapun, karena ini murni hasil kecapan seorang kampret saat sedang duduk di bangku kuliah. Jadi kebenarannya tentu tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Kembali pada filosofi tahi. Menurut kamus persemedian, tahi dalam proses sakralnya memegang hajat hidup orang banyak. Bayangkan bila tahi tahi itu menumpuk diperut, tanpa bisa dikeluarkan! Sembelit  bukan? Pernah bayangkan sembelit seminggu ? Bagaimana sakitnya prosesi membuang hajat itu, bila sembelit berminggu minggu? Pasti sakit bukan? Sambil tunjuk sakitnya  tuh disini. Tunjuklah sendiri sesuka hati, dimana sakitnya itu terasa.

Kita tahu Tahi adalah kotoran tubuh. Dia dihasilkan dari sisa sisa makanan yang tidak dapat lagi diolah, Bila tak dikeluarkan, tentu akan menimbulkan sembelit, perut melilit  dan lama lama  menjadi penyakit.

Sama seperti tubuh fisik, jiwapun memerlukan makanan. Maka tak heran orang membaca banyak buku buku rohani, mendengarkan ceramah, Membaca kitab kitab suci, agar cukup asupan gizi bagi tubuh jiwa. 4 sehat 5 sempurna bagi jiwa adalah Baca, Dengar, Pahami, Jalani, Doa. Ditambah Iman dan Taat,  maka jiwa menjadi kuat dan berkah. 
Namun sayangnya seringkali jiwapun kita beri makanan junk food dan racun tak terolah , berupa film film “XYZ”, bacaan atau makanan lain yang tak dapat diolah oleh jiwa, dan menjadi kotoran jiwa. Ya sama seperti tubuh fisik, jiwapun bisa menghasilkan tahi tahi jiwa hasil makanan jiwa yang tak bisa diolah.

Kembali pada filosofi tahi tadi, kotoran harus dibuang, bila tidak, maka akan menimbulkan sembelit, dan lama lama akan menjadi penyakit! Penyakit jiwa dari sembelit adalah munafik, rasa bersalah yang terpendam, dan rasa bersalah yang terpendam lebih kejam dari hukuman penjara, karena dia menyiksa tanpa batas waktu yang jelas.

Tahi, jangan jadikan dia makian kasar saat kamu marah. Karena tahi , memiliki hajatannya sendiri. Dia memiliki filosofinya sendiri. Dia membuat perutmu lega, saat kau buang dia dalam jamban. Dia membuat hatimu lega saat kau akui dia dan membuangnya dalam jamban hidupmu. 

Tahi dibuang tidak untuk dipungut kembali. Seperti tidak mungkin kau makan tahimu saat kau lapar bukan? karena yang sudi memakan tahimu hanya Lele di Kolam…. Eeeehhh. Seperti itu juga tahi jiwamu, tak mungkin kau lakukan lagi salah dan dosa yang sama bukan, bila itu sudah kau buang sebagai tahi dalam jamban hidupmu.

Ajaibnya Tahi yang kau buang sebagai kotoran, bisa menjadi pupuk bagi tanaman, makanan bagi ikan, dan Alam mampu mendaur ulang semua itu, menjadi berkah dan bentuk baru. Semoga demikian juga berakhirnya tahi jiwa, saat dia diakui, dikeluarkan dan dibuang, dia mungkin akan berdaur ulang, menjadi berkah dalam bentuknya yang baru.

Exit mobile version